Senin, 17 Juni 2013

Kekeringan di Blitar pada penghujung 2012

Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mengalami kekeringan dan kondisi pada 2012 lebih luas jika dibandingkan dengan 2011. Sebanyak 37 desa yang berada di tujuh kecamatan Kabupaten Blitar terdeteksi sebagai wilayah rawan kekeringan. Musim kemarau yang tak kunjung berakhir akan mengancam sebagian besar warga sulit menikmati air bersih. Sebab secara topografi, wilayah selatan Kabupaten Blitar tersebut berupa pegunungan tandus dengan hutan yang telah gundul akibat pembalakan liar.

Pada musim kemarau ini, sumber air yang berjumlah sedikit, dan biasanya dinikmati secara kolektif oleh sebagian besar warga, mulai tidak mengeluarkan air. Warga dengan ekonomi berkecukupan biasanya memiliki solusi membeli dari truk tangki milik orang luar desa yang mondar mandir menjajakan air. Secara teknis, BPBD telah berkoordinasi dengan pemerintahan desa setempat dan kecamatan. Dari komunikasi yang dilakukan Pemkab Blitar tengah menginvenatrisir berapa banyak kebutuhan bantuan air bersih yang perlu diberikan kepada warga.

Selain faktor geografis, perusakan kawasan hutan juga membuat debit air semakin minim. Bahkan, dalam satu bulan terakhir, ribuan masyarakat semakin diresahkan dengan semakin menipisnya sumber mata air. Bahkan, sejumlah mata air sudah ada yang kering.

“Banyak mata air yang sudah kering. Paling parah sebulan ini,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar Katidjan di Blitar
Pihaknya, kata dia, sebenarnya juga sudah berupaya untuk melakukan pengeboran mencari sumber mata air. Tingkat kedalamanya di antara 75-100 meter. Namun, dari kedalaman itupun, terkadang air juga tidak keluar.

Mukhit Kasi pengelola Sumber daya hutan atau PSDH Perum Perhutani KPH Kabupaten Bitar mengatakan, musim kekeringan yang telah berlangsung sekitar 5 bulan terakhir pada tahun 2012 telah berdampak pada kekeringan hutan KPH Kabupaten Blitar. Menurut Mukhit, selain kekeringan karena musim kemarau. Dampak kerusakan hutan rimba KPH seluas lebih dari 5 hektar, yang tersebar di Lodoyo Kabupaten Bitar dan Campurdarat  Daerah Tulungagung juga terjadi. Rusaknya hutan Rimba juga sempat menimbulkan kebarakaran. Walaupun kebarakaran yang terjadi di Lodoyo dan Campurdarat itu tidak termasuk kategori kebakaran besar. Mukhit mengakui jika kebarakaran yang sempat terjadi dihutannya itu masih mampu tertangani. Tetapi diperkirakan penyebab kebakaran itu juga dipengaruhi perilaku Masyarakat yang membuang puntung rokok sembarangan.Mukhit menambahkan, Hingga saat ini pihaknya masih mengupayakan hidup tertib membuang sampah ditempatnya. Termasuk untuk mencegah terjadinya kebakaran karena pembuangan puntung rokok sembarangan yang dilakukan Masyarakat sekitar hutan
Untuk mengatasi kekeringan di 37 desa di Blitar, 

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar akan membangun embung (kolam penampungan air). Sementara ini, BPBD Blitar baru melakukan droping air bersih untuk desa yang alami kekeringan . “Droping merupakan solusi jangka pendek. Kedepannya kita akan membuat embung atau kolam besar sebagai penyimpan air bersih pada saat kemarau tiba,“ ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Blitar, Katijan kepada wartawan di Blitar, Kamis (18/10/2012). Sementara di sisi lain, pepohonan yang berfungsi sebagai “penangkap” mata air masih dalam proses reboisasi.

sumber :
http://surabaya.okezone.com/read/2012/09/02/521/684033/blitar-terancam-kekeringan
http://daerah.sindonews.com/read/2012/10/18/23/680991/35-desa-kekeringan-blitar-siapkan-embung
http://mayangkararadio.com/lang-lang-kota/sosial-politik/item/1111-hutan-rimba-perum-kph-kabupaten-blitar-mengalami-kekeringan
http://www.kedirionline.com/35-desa-di-kabupaten-blitar-alami-kekeringan/
http://id.berita.yahoo.com/kekeringan-warga-blitar-jarang-mandi-082840624.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar